BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mendidik merupakan suatu proses yang
bertanggung jawab untuk menjadikan seorang siswa untuk menjadi seorang anak
yang pintar didalam proses belajar mengajar. Guru sebagai orang yang
menggerakkan terlaksananya proses belajar mengajar seharusnya tidak hanya
menggunakan strategi yang informasi saja. Sehingga membuat siswa kurang
mempunyai inisiatif dan tidak dibiasakan untuk mendapatkan pengetahuan melalui
usaha dan pengalaman siswa itu sendiri.hal ini di karenakan peran siswa lebih
banyak hanya menerima informasi dari guru yang kemudian dihafal untuk ujian
atau mendapatkan nilai. Guru sebagai orang menggerakkan terlaksananya proses
belajar mengajar harusnya menggunakan strategi yang merangsang keaktifan siswa.
Untuk itu perlu pengembangan kemampuan
dasar, berupa mental fisik dan sosial, untuk menemukan data dan konsep maupun
pengembangan sikap dan nilai melalui proses belajar mengajar. Guna mengaktifkan
siswa untuk mampu menumbuhkan sejumlah keterampilan tertentu pada diri peserta
didik tersebut.
Guru harusnya melihat cara-cara
pemberian informasi dan suasana interaksi dalam proses belajar mengajar.
Seperti melakukan pengajaran dengan cara melihat, mendengar dan memperhatikan
guru, kemudian melakukan apa yang diperintahkan guru dalam membimbing siswa itu
untuk aktif belajar.
1.2. Tujuan Dan Manfaat
Penulisan
Dengan adanya makalah ini diharapkan
pembaca, yang mana, mungkin akan menjadi seorang pendidik untuk mengetahui
bahwasannya dengan pendekatan keterampilan proses para pendidik mampu
meggerakkan siswa-siswanya untuk aktif dalam proses belajar mengajar.
Selain itu, dengan mempelajari
pendekatan keterampilan proses, para pendidik bisa mengetahui apakah siswa itu
mampu merangsang ilmu pengetahuan, tidak hanya sekedar menceritakan atau
mendengar cerita tentang ilmu .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Keterampilan proses ialah pendekatan
pembelajaran yang bertujuan mengembangkan sejumlah kemampuan fisik dan mental
sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa.
Pendekatan keterampilan proses adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun
konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan intelektual dan sikap ilmiah
siswa sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam
kegiatan-kegiatan ilmiah seperti yang dikerjakan para ilmuwan, tetapi
pendekatan keterampilan proses tidak bermaksud menjadikan setiap siswa menjadi
ilmuwan. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dilaksanakan dengan
maksud karena IPA merupakan alat yang potensial untuk membantu mengembangkan
kepribadian siswa. Kepribadian yang berkembang merupakan prasyarat untuk
melangkah ke profesi apapun yang diminati siswa.
Proses dapat didefinisikan sebagai
perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan
penelitian ilmiah. Proses merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi
komponen-komponen yang harus dikuasai seseorang bila akan melakukan penelitian.
Keterampilan
berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efisien dan
efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas. Dengan
demikian Pendekatan Keterampilan Proses adalah perlakuan yang diterapkan dalam
pembelajaran yang menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh
pengetahuan kemudian mengkomunikasikan perolehannya. Keterampilan memperoleh
pengetahuan dapat dengan menggunakan kemampuan olah pikir (psikis) atau
kemampuan olah perbuatan (fisik). Untuk mengajarkan keterampilan proses, siswa
benar-benar melakukan pengamatan, pengukuran, pemanipulasian variabel dan
sebagainya. Ringkasnya, siswa bertindak sebagai ilmuwan. Oleh karena itu
pendekatan ini lebih banyak melibatkan siswa dengan obyek-obyek konkrit, yaitu
siswa aktif berbuat. Pendekatan keterampilan proses memberi siswa pemahaman
yang valid tentang hakikat sains. Siswa dapat menghayati keasyikan sains dan
dapat lebih baik memahami fakta-fakta dan konsep-konsep. Siswa diberi
kesempatan untuk belajar sambil berbuat, menumbuhkan kemampuan berpikir,
bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek
penting kecakapan hidup (Trianto: 2010).
Pendekatan keterampilan proses
menekankan bagaimana siswa belajar, bagaimana mengelola perolehannya, sehingga
mudah dipahami dan digunakan dalam kehidupan di masyarakat. Dalam proses
pembelajaran diusahakan agar siswa memperoleh pengalaman dan pengetahuan
sendiri, melakukan penyelidikan ilmiah, melatih kemampuan-kemampuan
intelektualnya, dan merangsang keingintahuan serta dapat memotivasi
kemampuannya untuk meningkatkan pengetahuannya yang baru diperolehnya. Dengan
mengembangkan keterampilan-keterampilan memproseskan perolehan anak akan mampu
menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan
mengembangkan sikap ilmiah dan nilai yang dituntut. Dengan demikian,
keterampilan-keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan
fakta dan konsep (Trianto: 2010)
Dalam kegiatan mengajar, begitu banyak
hal yang harus diperhitungkan oleh guru misalnya:
1. Melibatkan
kemampuan guru/mahasiswa calon guru untuk menguasai materi.
2. Teknik
pengelolaan PBM.
3. Pengelolaan
waktu.
4. Pengendalian
disiplin
5. Pelayanan
terhadap perbedaan kemampuan siswa.
6. Sikap
terhadap profesi.
7. Sikap
terhadap siswa.
1. Keterampilan
Dasar Mengajar meliputi :
a. Keterampilan
membuka dan menutup pembelajaranKeterampilan membuka pelajaran adalah usaha
guru untuk mengkondisikan mental peserta didik agar siap dalam menerima
pelajaran.
b. Dalam
membuka pelajaran peserta didik harus mengetahui tujuan yang akan dicapai dan
langkah-langkah yang akan ditempuh. Tujuan membuka pelajaran adalah :Menyiapkan
mental siswa agar siap memasuki persoalan yang akan dipelajari atau dibicarakan
dan
c. Menimbulkan
minat serta pemusatan perhatian siswa terhadap apa yang akan dibicarakan dalam
kegiatan pembelajaran.Awal kegiatan pelajaran seorang guru harus melakukan
kegiatan membuka pelajaran
2.
Cara untuk menimbulkan
motivasi :
a. Dengan
Hangat dan Antusias
Hendaknya ramah, antusias,
bersahabat dan sebagainya. Sebab dapat mendorong tingkah dan kesenangan dalam
mengerjakan tugas sehingga motivasi siswa akan timbul.
b. Menimbulkan
Rasa Ingin Tahu
Melontarkan ide yang bertentangan
dengan mengerjakan masalah atau kondisi diri kenyataan sehari-hari.
Contoh:Kalau transmigrasi dapat meningkatkan kemakmuran penduduk mengapa banyak
penduduk di pulau jawa tidak mau transmigrasi.
2.2.Jenis-jenis Keterampilan
dalam Keterampilan Proses
Ada berbagai keterampilan dalam keterampilan
proses, keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari
keterampilan-keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan-keterampilan
terintegrasi (integrated skills). Keterampilan-keterampilan dasar terdiri dari
enam keterampilan, yakni: mengobservasi, mengklasifikasi,memprediksi,mengukur,menyimpulkan,dan mengkomunikasikan.
Sedangkan keterampilan-keterampilan terintegrasi terdiri dari:
mengindentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk
grafik, menggambarkan keterhubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengelolah
data, menganalisa penelitian, menyusun hipotesa, mendifinisikan variabel secara
operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen.
Sejumlah keterampilan proses yang dikemukakan oleh Funk di atas,
dalam kurikulum (Pedoman Proses Belajar Mengajar) dikelompokkan menjadi enam
keterampilan proses. Adapun 6 (tujuh) keterampilan proses tersebut adalah mengamati,mengklasifikasikan,mengkomunikasikan,mengukur,memprediksi dan menyimpulkan
1. Mengamati
Melalui mengamati kita belajar tentang dunia sekitar kita yang
fantastis. manusia mengamati obyek-obyek dengan phenomena alam melalui panca
indra: penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasa/pengecap.
Informasi yang kita peroleh, dapat menuntun keinginan-tahuan, mempertanyakan,
memikirkan, melakukan interprestasi tentang lingkungan kita, dan meneliti lebih
lanjut. Selain itu, kemampuan mengamati merupakan keterampilan paling dasar
dalam memproses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal esensial
untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses lain. Mengamati merupakan
tanggapan kita terhadap berbagai obyek dan peristiwa alam dengan menggunakan
panca indra.
2. Mengklasifikasikan
Agar kita memahami sejumlah besar obyek, peristiwa, dan segala
yang ada dalam kehidupan disekitar kita, lebih mudah apabila menentukan
berbagai jenis golongan. Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk
memilahkan berbagai obyek dan peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya,
sehingga didapatkan golong-an/kelompok sejenis dari obyek atau peristiwa yang
dimaksud. Contoh kegiatan yang menampakkan ketrampilam mengklasifikasikan
adalah mengklasifikasikan makhluk hidup selain manusia menjadi dua kelompok:
binatang dan tumbuhan, mengklasifikasikan binatang beranak dan bertelur,
mengklasifikasikan cat berdasarkan warna, dan kegiatan lain yang sejenis.
3. Mengkomunikasikan
Kemampuan berkomunikasi dengan yang lain merupakan dasar untuk
segala yang kita kerjakan. Grafik, bagan, peta, lambang-lambang, diagram,
persamaan matematika, dan demonstrasi visual, sama baiknya dengan kata-kata
yang ditulis atau dibicarakan, semua adalah cara-cara komunikasi yang sering
kali digunakan dalam ilmu pengetahuan. Manusia mulai belajar pada awal-awal
kehidupan bahwa komunikasi merupakan dasar untuk memecahkan masalah.
Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan
memperoleh fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara,
visual, dan/atau suara visual. Contoh-contoh kegiatan dari keterampilan
mengkomunikasikan adalah mendiskusikan masalah, membuat laporan, membaca peta,
dan kegiatan lain yang sejenis.
4. Mengukur
Berapa
banyak? Berapa jaraknya? Berapa ukurannya? Berapa jumlahnya?
Pertanyaan-pertanyaan ini sering kita dengar atau ajukan dalam kehidupan
sehari-hari dan kita perlu untuk memiliki kemampuan menjawabnya dengan mudah.
Pengembangan yang baik terhadap keterampilan-keterampilan mengukur merupakan
hal yang esensial dalam membina observasi kuantitatif, mengklasifikasikan dan
membandingkan segala sesuatu disekeliling kita, serta mengkomunikasikan secara
tepat dan efektif kepada yang lain.
Mengukur
dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu
yang telah ditetapkan sebelumnya. Contoh-contoh kegiatan yang menampakkan
keterampilan mengukur antara lain: mengukur panjang garis, mengukur berat
badan, mengukur temperatur kamar, dan kegiatan lain yang sejenis.
5. Memprediksi
Suatu prediksi merupakan
suatu ramalan dari apa yang kemudian hari mungkin dapat diamati.
Kegiatan-kegiatan yang dapat digolongkan sebagai keterampilan memprediksi,
antara lain: berdasarkan pola-pola waktu terbitnya matahari yang telah
diobservasi dapat diprediksikan waktu terbitnya matahari pada tanggal tertentu,
memprediksikan waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak tertentu dengan
menggunakan kendaraan yang kecepatannya tertentu, dan kegiatan lain yang
sejenis.
6. Menyimpulkan
Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk
memutuskan keadaan suatu obyek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan
prinsip yang diketahui. Kegiatan-kegiatan yang menampakkan keterampilan menyimpulkan,
antara lain: berdasarkan pengamatan diketahui bahwa api lilin mati setelah
ditutup dengan gelas rapat-rapat, siswa menyimpulkan bahwa lilin dapat menyala
bila ada udara yang mengandung oksigen.
Enam keterampilan yang telah diuraikan sebelumnya merupakan
keterampilan-keterampilan dasar dalam keterampilan proses, yang menjadi
landasan untuk keterampilan proses terintegrasi pada hakikatnya merupakan
keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk melakukan penelitian. Sepuluh
keterampilan terintegrasi tersebut akan diuraikan berikut ini.
1. Mengenali variable
Ada dua macam variable yang perlu dikenal yakni : variabel
termanipulasi (manipulated variabel ) dan variabel terikat. Pengenalan terhadap
variabel berguna untuk merumuskan hipotesis penelitian.
Variabel dapat diartikan sebagai konsep yang mempunyai variasi
nilai atau konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Dengan dua batasan seperti
disebutkan sebelumnya, Kita dapat menyimpulkan bahwa variabel merupakan konsep
yang mempunyai variasi nilai atau segala sesuatu yang dapat berubah/berganti
dalam satu situasi.
Variabel termanipulasi (manipulated variable) is deliberately
changed in a situation (funk, 1985:89) sedangkan menurut surakhmad (1978:63)
menyebutnya sebagai variabel bebas yakni variabel yang diselidiki pengaruhnya.
Dengan kata lain, variabel termanipulasi atau variabel bebas dapat kita artikan
sebagai variabel yang dengan sengaja diubah-ubah dalam suatu situasi dan
diselidiki pengaruhnya.
2. Membuat table data
Setelah melaksanakan pengumpulan data, seorang penyidik harus
mampu membuat table data. Keterampilan membuat table data perlu dibelajarkan
kepada siswa karena fungsinya yang penting untuk menyajikan data yang
diperlukan penelitian. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk mengembangkan
keterampilan membuat table data diantaranya adalah membuat table frekuensi dan
membuat table silang.
3. Membuat grafik
Keterampilan membuat grafik adalah kemampuan mengolah data untuk
disajikan dalam bentuk visualisasi garis atau bidang datar dengan variabel
termanipulasi selalu pada sumbu datar dan variabel hasil selalu ditulis
sepanjang sumbu vertical. Data untuk setiap variabel terjadi sebagaimana
terjadi pada table data.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan
keterampilan membuat grafik diantaranya adalah membaca data dalam table,
membuat grafik garis, membuat grafik balok, dan membuat grafik bidang lain.
4.
Manggambarkan hubungan antar variabel
Hubungan antar variabel dalam penelitian perlu dideskripsikan oleh
setiap peneliti. Keterampilam mendiskripsikan hubungan antar variabel merupakan
salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap peneliti. Keterampilan
menggambarkan hubungan antar variabel dapat diartikan sebagai kemampuan
mendeskripsikan hubungan antar variabel termanipulasi dengnan variabel hasil
hubungan antara variabel-variabel yang sama. Hubungan antar variabel ini perlu
digambarkan karena merupakan inti penelitian ilmah.
5. Mengumpulkan data dan
mengolah data
Keterampilan mengumpulkan dan mengolah data adalah kemampuan
memperoleh informasi/data dari orang atau sumber informasi lain dengan cara
lisan, tertulis, atau pengamatan dan mengkajinya lebih lanjut secara
kuantitatif atau kualitatif sebagai dasar pengujian hipotesis atau penyimpulan.
Untuk mengembangkan keterampilan mengumpulkan dan mengolah data
dapat melalui kegiatan yang diantaranya adalah membuat instrument pengumpulan
data, mentabulasi data, menghitung nilai kuadrat, menentukan tingkat
signifikasi hasil perhitungan dan kegiatan lain yang sejenis.
6. Menganalisis penelitian
Keterampilan menganalisis penelitian merupakan kemampuan menelaah
laporan penelitian orang lain untuk meningkatkan pengenalan terhadap
unsur-unsur penelitian. Kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan
keterampilan menganalisis diantaranya adalah mengenali variabel, mengenali
rumusan hipotesis, dan kegiatan lain yang sejenis.
7. Menyusun hipotesis
Umumnya penelitian dimaksudkan untuk menguji hipotesis, maka
dapat dipahami mengapa menyusun atau merumuskan hipotesis merupakan langkah
yang penting sekali didalam penelitian. Pentingnya keterampilan menyusun
hipotesis dalam pelaksanaan penelitian, menyebabkan penting pula untuk dimiliki
oleh para calon penyelidik (siswa).
8. Mendefinisikan variabel
Seperti yang kita ketahui, setiap cabang ilmu pengetahuan mencari
hubungan yang sistematis antar variabel. Untuk memudahkan penyistematisan
hubungan antar variabel.
9. Merancang penelitian
Agar suatu penelitian dapat dilaksanakan secara baik dan
menghasilkan sesuatu yang berguna dan bermakna, maka diperlukan adanya
rancangan penelitian. Rancangan penelitian ini diharapkan selalu dibuat pada
setiap kegiatan penelitian. Merancang penelitian dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan untuk mendeskripsikan variabel-variabel yang dimanipulasi dan direspon
dalam penelitian secara operasional, kemungkinan dikontrolnya variabel
hipotesisi yang diuji dan cara mengujinya, serta hasil yang diharapkan dari
penelitian yang akan dilaksanakan. Contoh kegiatan yang tercakup dalam
keterampilan merancang penelitian adalah :
a. Mengenali, menentukan,
dan merumuskan masalah yang akan diteliti.
b. Merumuskan satu atau
lebih “dugaan yang dianggap benar” dalam rangka menjawab masalah. Merumuskan “dugaan yang dianggap
benar” ini disebut menyusun hipotesis.
c. Menyusun hipotesis dapat
dilakukan dengan mendasarkan dugaan pada pengalaman sebelumnya atau observasi atau intuisi.
d. Memilih alat/instrument
yang tapat untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang dirumuskan.
10. Bereksperimen
Eksperimen merupakan salah satu bentuk penelitian yang sering kali
dilaksanakan oleh seorang tanpa disadari. Bereksperimen dapat diartikan sebagai
keterampilan untuk mengadakan pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari
fakta, konsep,, dan prinsip ilmu pengetahuan sehingga dapat diperoleh informasi
yang menerima atau menolak ide-ide itu.
Contoh-contoh yang menampakkan keterampilan bereksperimen antara
lain : menguji kebenaran pernyataan bahwa semua zat memuai bila terkena panas
dan yang tidak langsung terkena sinar matahari.
2.3.Alasan Perlunya
Penerapan Keterampilan Proses
Semiawan dkk,
(1985: 15-16) merinci alasan yang melandasi perlunya diterapkan pendekatan
keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari :
a. Perkembangan
ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru
mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Untuk mengatasi hal tersebut,
siswa diberi bekal keterampilan proses yang dapat mereka gunakan untuk
memperoleh ilmu pengetahuan tanpa tergantung dari guru.
b. Para
ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep
yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkrit,
contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi,
dengan mempraktekkan sendiri upaya penemuan konsep melalui perlakuan terhadap
kenyataan fisik, melalui penanganan benda-benda yang benar-benar nyata.
c. Tugas
guru bukanlah memberikan pengetahuan, melainkan menyiapkan situasi menggiring
anak untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta
dan konsep sendiri.
d. Penemuan
ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar 100 %, penemuannya bersifat
relatif. Suatu teori mungkin terbantah dan ditolak setelah orang mendapatkan
data baru yang mampu membuktikan kekeliruan teori yang dianut. Muncul lagi,
teori baru yang prinsipnya mengandung kebenaran yang relatif. Jika kita hendak
menanamkan sikap ilmiah pada diri anak, maka anak perlu dilatih untuk selalu
bertanya, berpikir kritis, dan mengusahakan kemungkinan-kemungkinan jawaban
terhadap suatu masalah. Dengan perkataan lain anak perlu dibina berpikir dan
bertindak kreatif.
e. Dalam
proses belajar mengajar seyogyanya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari
pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak-anak didik. Konsep disatu pihak
serta sikap dan nilai di lain pihak harus dikaitkan. (Semiawan dkk, 1985 :
15-16).
2.4. Model-Model Mengajar Dalam PKP
Model
mengajarkan maksudnya adalah dimana proses dan prosedur pembelajaran yang dapat
mengoptimalkan kegiatan belajar siswa. Model-model tersebut sebagai berikut:
a.
Model Dengar-Lihat-Kerjakan (DeLiKan)
Model
ini dapat digunakan untuk menyampaikan bahan pengajaran yang sifatnya fakta dan
konsep. Aktivitas mental siswa dalam penggunaan model mengajar ini adalah : mengingat,
mengenal, menjelaskan, membedakan, menyimpulkan dan menerapkan. Kegiatan
belajar siswa yang dikembangkan menjadi tiga kegiatan yakni : kegiatan dengar,
kegiatan lihat, kegiatan kerja.
b.
Model mengajar pemecahan masalah (permas)
·
Pola kegiatan pembelajaran ini mengandung aktivitas belajar
siswa yang cukup tinggi, tepat digunakan untuk mengajarkan konsep dan prinsip.
·
Penyusunan satuan pertanyaan hampir sama dengan model lain.
Yang perlu diperhatikan adalah menyusunan dan mengorganisasi bahan ajar.
c.
Model mengajar induktif
1. Model kegiatan pembelajaran yang
dikembangkan melalui cara berfikir induktif yaitu menarik kesimpulan dari fakta
menuju kepada hal umum.
2. Petunjuk pembuatan satuan pelajaran:
·
Waktu paling sedikit 2 jam pelajaran
·
Rumusan tujuan mencakup penyusunan bahan ajar dan
keterampilan proses
·
Bahan pengajaran terdiri dari konsep materi, fakta,
peristiwa, gejala yang akan diamati oleh siswa dan topik atau masalah yang akan
didiskusikan
·
Urutan belajar siswa, menerima informasi, kekunjungan
lapangan atau laboraturium kediskusikan kelompok ke melaporkan hasil diskusikan
oleh kelompok dan merangkumnya sebagai kesimpulan diskusi kelas
·
Penilaian : penilaian proses selama kegiatan berlangsung dan
penilaian hasil belajar setelah pelajaran selesai
d.
Model mengajar deduktif
·
Pola belajar mengajar yang didasarkan atas cara berfikir
deduktif adalah menarik kesimpulan dari pernyataan umum menajadi pernyataan
khusus, dari konsep teori menjadi fakta
·
Petunjuk pembuatan satuan pelajaran dimulai dari pembahasan
konsep dan prinsip menuju pembuktian empiris di lapangan atau laboraturium
e.
Model mengajar gabungan deduktif induktif
§ Pola BM yang menggabungkan
penggunaan kedua model ini dalam satu proses pembelajaran. Tahap pertama
menggunakan pendekatan deduktif, kemudian dilanjutkan dengan pendekatan
induktif.
a. Pendekatan deduktif menekankan
konsep dan prinsip bahan pengajaran secara teoritis, berdasarkan
prinsip-prinsip pengetahuan ilmiah
b. Pendekatan induktif menekankan
kajian bukti-bukti empiris dari konsep dan prinsip di laboraturium atau dengan
alat sederhana atau dalam bentuk pemecahan masalah
·
Petunjuk pembuatan satuan pelajaran. KBM yang ada dalam
satuan pelajaran harus mangandung:
a. Penjelasa maslah dan gejala oleh
guru, supaya siswa memahami ruang lingkupnya
b. Penelaah buku sumber : informasi
untuk mendukung memecahkan masalah
c. Pembahasan atau penelaah masalah dan
gejala berdasarkan pengetahuan ilmiah
d. Mencari jawaban dan pembuktian
masalah dan gejala berdasarkan konsep dan prinsip pengetahuan ilmiah dengan
melalui diskusi, praktikum atau pengamatan lapangan
e. Klasifikasi TIK-nya mengandung unsur
kognitif tingkat tinggi seperti
aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi
2.5.Langkah-langkah
Pelaksanaan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses adalah
suatu cara untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan yang menjadi roda
penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan sikap dan
nilai. (Conny Semiawan, 2002: 16)
Pengajaran dengan pendekatan
keterampilan proses dilaksanakan dengan beberapa langkah, sebagai berikut:
1. Observasi
Kegiatan ini
bertujuan untuk melakukan pengamatan yang terarah tentang gejala atau fenomena
sehingga mampu membedakan yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan pokok
permasalahan.Pengamatan di sini diartikan sebagai penggunaan indera secara
optimal dalam rangka memperoleh informasi yang lengkap atau memadai.
2. Mengklasifikasikan
Kegiatan ini
bertujuan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat tertentu.
3. Menginterpretasikan atau menafsirkan data
Data yang
dikumpulkan melalui observasi, perhitungan, pengukuran, eksperimen, atau
penelitian sederhana dapat dicatat atau disajikan dalam berbagai bentuk,
seperti tabel, grafik, diagram.
4. Meramalkan (memprediksi)
Hasil interpretasi
dari suatu pengamatan digunakan untuk meramalkan atau memperkirakan kejadian
yang belum diamati atau kejadian yang akan datang. Ramalan berbeda dari
terkaan, ramalan didasarkan pada hubungan logis dari hasil pengamatan yang
telah diketahui sedangkan terkaan didasarkan pada hasil pengamatan.
5. Membuat hipotesis
Hipotesis adalah
suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan
tertentu.Penyusunan hipotesis adalah salah satu kunci pembuka tabir penemuan
berbagai hal baru.
6. Mengendalikan variabel
Variabel adalah
faktor yang berpengaruh.Pengendalian variabel adalah suatu aktifitas yang
dipandang sulit, namun sebenarnya tidak sesulit yang kita bayangkan. Hal ini
tergantung dari bagaimana guru menggunakan kesempatan yang tersedia untuk
melatih anak mengontrol dan memperlakukan variabel.
7. Merencanakan penelitian / eksperimen
Eksperimen
adalah melakukan kegiatan percobaan untuk membuktikan apakah hipotesis yang
diajukan sesuai atau tidak.
8. Menyusun kesimpulan sementara
Kegiatan ini
bertujuan menyimpulkan hasil percobaan yang telah dilakukan berdasarkan pola
hubungan antara hasil pengamatan yang satu dengan yang lainnya.
9. Menerapkan (mengaplikasikan) konsep
Mengaplikasikan
konsep adalah menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru atau
dalam menyelesaikan suatu masalah,misalnya sesuatu masalah yang dibicarakan
dalam mata pelajaran yang lain.
10.
Mengkomunikasikan
Kegiatan ini
bertujuan untuk mengkomunikasikan proses dari hasil perolehan kepada berbagai
pihak yang berkepentingan, baik dalambentuk kata-kata, grafik, bagan maupun
tabel secara lisan maupun tertulis.
Praktik pengajaran dengan PKP menuntut
perencanaan yang sungguh-sungguh dan berkeahlian, kreatif dalam pelaksanaan pengajaran,
cakap mendayagunakan aneka media serta sumber belajar. Jadi guru bersama siswa
semakin dituntut bekerja keras agar praktik PKP berhasil efektif dan efisien.
Ilmu pengetahuan
alam memfokuskan pembahasan pada masalah-masalah di alam sekitar melalui proses
dan sikap ilmiah. Pembelajaran IPA seperti yang tertuang dalam kurikulum 2006,
yaitu pembelajaran yang berorientasi pada hakikat IPA yang meliputi produk,
proses, dan sikap ilmiah melalui keterampilan proses.
Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa pembelajaran
IPA lebih menekankan pada pendekatan keterampilan proses sehingga siswa
menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori dan sikap ilmiah di pihak
siswa yang dapat berpengaruh positif terhadap kualitas maupun produk
pendidikan.
Pembelajaran IPA selama ini lebih banyak
menghafalkan fakta, prinsip, dan teori saja. Untuk mengantisipasi hal tersebut
perlu dikembangkan strategi pembelajaran IPA yang dapat melibatkan siswa secara
aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan dan menerapkan ide-ide
mereka.
Pengembangan pendekatan keterampilan
proses merupakan salah satu upaya yang penting untuk memperoleh keberhasilan
belajar yang optimal. Materi pelajaran akan lebih mudah dikuasai dan dihayati
oleh siswa, bila siswa sendiri mengalami peristiwa belajar tersebut. Keterampilan membuat hipotesis, meliputi kemampuan berpikir deduktif dengan
menggunakan konsep-konsep, teori-teori maupun hukum-hukum IPA yang telah
dikenal.
a. Keterampilan
mengendalikan variabel, yaitu upaya mengisolasi variabel yang tidak diteliti
sehingga adanya perbedaan pada hasil eksperimen adalah dari variabel yang
diteliti.
b. Keterampilan
merencanakan dan melakukan penelitian, eksperimen yang meliputi penetapan
masalah, membuat hipotesis, menguji hipotesis.
c. Keterampilan
menyimpulkan atau inferensi, yaitu kemampuan menarik kesimpulan dari pengolahan
data.
d. Keterampilan
menerapkan atau aplikasi, atau menggunakan konsep atau hasil penelitian ke
dalam perikehidupan dalam masyarakat.
e. Keterampilan mengkomunikasikan, yaitu kemampuan siswa untuk dapat mengkomunikasikan
pengetahuannya, hasil pengamatan, maupun penelitiannya kepada orang lain baik
secara lisan maupun secara tertulis.
Penilaian Keterampilan Proses IPA
Surapranata
(2004) mengemukakan berbagai bentuk penilaian yang dapat digunakan, khususnya
dalam penilaian berbentuk kelas, yakni:
(1). Tes
tertulis.
Tes ini umumnya diberikan pada saat
penilaian formatif maupun submatif yang mengungkap aspek kognitif
siswa.Bentuknya dapat berupa uraian (essay), pilihan ganda, menjodohkan,
benar-salah, atau isian/jawaban singkat.
(2). Tes
perbuatan
Tes ini diberikan pada saat satu
kegiatan sedang berlangsung dengan melakukan pengamatan pada perilaku peserta
didik yang ingin dinilai
(3). Pemberian
tugas
Bentuk penilaian ini dilakukan terutama
untuk mengembangkan kreativitas siswa sesuai dengan bakat, minat, dan tingkat
perkembanganya.
(4). Penilaian
proyek
Penilaian ini didesain untuk suatu
kegiatan yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu yang biasanya
dimulai dari pengumpulan data, pengorganisasian, pelaporan dan penyajian data
(5). Penilaian
sikap
Penilaian ini berkaitan dengan berbagai
obyek sikap, misalnya sikap terhadap bidang studi, sikap terhadap guru, atau
sikap terhadap materi pembelajaran. Pengukuran dapat di lakukan dengan
observasi, laporan pribadi, dan skala sikap.
(6). Penilaian
Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian
terhadap karya siswa yang disusun secara sistematis dalam jangka waktu
tertentu. Tujuannya adalah untuk memantau perkembangan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap siswa dalam mata pelajaran tertentu.
2.6.Perananan Guru Dalam Penerapan PKP
a. Guru membimbing dan mendidik siswa
untuk lebih terampil dalam menggunakan pengalaman, pendapat, dan hasil
temuannya. Dengan cara menjelaskan bahan pelajaran yang diikuti dengan alat
peragakan, demonstrasi, gambar, modal, bangan yang sesuai dengan keperluan.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengembangkan kemampuan mengamati dengan
cepat, cermat dan tepat.
b. Guna menghidupkan suasana belajar
yang kondusif sehingga mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif. Dengan
merumuskan hasil pengamatan dengan merinci, mengelompokkan atau
mengklasifikasikan materi pelajaran yang diserap dari kegiatan pengamatan
terhadap bahan pelajaran tersebut.
c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang menantang sehingga siswa terdorong untuk meneliti dan mencari jawaban atas
pertanyaan tersebut.
d. Guru memancing keterlibatan siswa
dalam belajar. Seperti meramalkan sebab akibat kejadian perihal atau peristiwa
lain yang mungkin terjadi di waktu lain atau mendapat suatu perlakuan yang
berbeda.
e. Guru harus memberikan semangat yang
tinggi kepada siswa dalam mengajar.
f. Guru melakukan komunikasi yang
efektif dan memberikan informasi yang jelas, tepat, dan tidak samar-samar pada
siswa.
g. Guru mendorong siswa untuk dapat
menyimpulkan suatu masalah, peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip
yang diketahui.
2.7.Keunggulan dan
Kelemahan Pendekatan Keterampilan Proses
Adapun
keunggulan dan kelemahan pendekatan keterampilan proses, adalah:
2.7.1.Keunggulan
Samatowa
(2006:138) mengemukakan bahwa keunggulan pendekatan keterampilan proses adalah
:
a. Siswa
terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran,
b. siswa
menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari,
c. melatih
siswa untuk berpikir lebih aktif dalam pembelajaran,
d. mendorong
siswa untuk menemukan konsep-konsep baru,
e. memberi
kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode ilmiah.
2.7.2.
Kelemahan
Sedangkan kelemahan pendekatan
keterampilan proses, dikemukakan oleh Sagala (2003:75), sebagai berikut:
1. Memerlukan
banyak waktu sehingga sulit untuk dapat menyesuaikan bahan pengajaran yang
ditetapkan dalam kurikulum,
2. memerlukan
fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak semua sekolah dapat
menyediakannya,
3. merumuskan
masalah, menyusun hipotesis, merancang suatu percobaan untuk memperoleh data
yang relevan adalah pekerjaan yang sulit, tidak setiap siswa mampu
melaksanakannya.
Pendekatan keterampilan proses akan
efektif jika sesuai dengan kesiapan intelektual. Oleh karena itu, pendekatan
keterampilan proses harus tersusun menurut urutan yang logis dan sesuai dengan
tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Misalnya sebelum melaksanakan
penelitian, siswa terlebih dahulu harus mengobservasi atau mengamati dan membuat
hipotesis.
BABIII
PENUTUP
A .Kesimpulan
Keterampilan dasar mengajar merupakan
keterampilan dasar mengajar yang perlu dimiliki oleh guru dari semua bidang
studi. Jika dipertimbangkan bahwa bidang-bidang studi yang bermacam-macam
mempunyai ciri-ciri pengajaran yang khas,keterampilan mengajar untuk
bidang-bidang studi khusus perlu dikembangkan.Keterampilan dasar mengajar
tersebut.
Keterampilan mengajar bagi seorang guru
adalah sangat penting kalau ia ingin menjadi seorang guru yang profesional,
jadi disamping dia harus menguasai bidang studi yang dimampu, keterampilan
dasar mengajar juga merupakan keterampilan penunjang untuk keberhasilan dia
dalam proses belajar mengajar.
B. Saran
Penerapan keterampilan terintegrasi
Penerapan Keterampilan Proses dalam
pembelajaran jenjang pendidikan SLTP dan sekolah menengah atas (SMA) memerlukan
pembahasan teori dari tiap keterampilan terintegrasi akan membantu memudahkan
siswa mempraktekannya. Mengingat keterampilan terintegrasi dalam Penerapan
Keterampilan Proses merupakan keterampilan melaksanakan suatu kegiatan
penelitian,maka penerapannya dalam pembelajaran hendaknya dilakukan dengan
urutan yang hirarkis. Dengan kata lain, sebelum satu keterampilan dikuasai
siswa jangan berpindah kepada keterampilan lainnya.
Daftar
Pustaka
Moedjiono
dan Moh. Dimyati. 1992/ 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
DEPDIKBUD.
Sumantri,
Mulyani dan Johar Permana.1998/ 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
DEPDIKBUD.
Tim penyusun. 2006. Bahan Ajar Belajar dan Pembelajaran.Padang
: Universitas Negeri Padang.
http://www.papantulisku.com/2011/07/pendekatan-keterampilan-proses.html
http://pendidikan.infogue.com/keterampilan_dasar_mengajar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar