Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar
Balakang
Timah dan timbal termasuk
unsur-unsur golongan 14 (p) yang
lebih bersifat logam dibanding dengan tiga anggota pertama yaitu karbo,
silicon, dan germanium.
Meskipun tidak sebanyak aluminium,
timah merupakan logam yang juga dapat dijumpai di sekitar kita. Timah, demikian
juga timbel, merupakan juga unsur-unsur yang bersifat logam dalam golongannya,
tetapi lunak, tidak kuat, dan mempunyai titik leleh rendah (232°C) sehingga
mudah ditempa menjadi bentuk piringan, serta tahan terhadap korosi.
Timbal sebagai logam berat merupakan
unsur yang terbanyak di alam. Istilah logam berat digunakan karena timbel
mempunyai densitas (rapatan) yang sangat tinggi (11,34 g cm-3), jauh
melebihi densitas tertinggi logam transisi pertama (yaitu 8,92 g cm-3
untuk tembaga).
Timbal bersifat lembek-lemah dengan
titik leleh ~327° C,
Nampak mengkilat / berkilauan ketika baru dipotong, ketika segera menjadi buram
ketika terjadi kontak dengan udara terbuka. Hal ini terjadi karena pembentukan
lapisan timbel-oksida atau timbel karbonat yang melapisi secara kuat, sehingga
dapat mencegah terjadinya reaksi lebih lanjut. Karena sifat ini, timbel sering
dipakai, misalnya sebagai bingkai-bingkai kaca berwarna yang dibentuk sebagai
lukisan pada suatu jendela kaca. Selain itu, SnO2 dapat juga
digunakan sebagai campuran bahan atap dan pipa saluran air.
Memang pemakaian logam timbal di
sekitar kita agak jarang dijumpai, tetapi campuran timbel dan timah digunakan
sebagai bahan solder untuk perekat atau pemantri bahan-bahan elektronik. Timbel
merupakan bahan paduan yang mempunyai kemampuan sangat tinggi untuk menahan
sinar X dan sinar Y, sehingga lempengan timbal banyak dipakai sebagai pelindung
bahan radioaktif.
Sebagai persenyawaan, timbal
ternyata sangat banyak bermanfaat. Dalam industry cat, senyawa timbal banyak
digunakan sebagai pigment (pewarna).
Misalnya, PbCrO4 berwarna kuning yang banyak digunakan untuk cat
pewarna jalan atau bahan plastic, PbMoO4 berwarna merah orange, PbO
berwarna kuning kenari, dan 2 PbCO3.Pb(OH)2 memberi warna
putih.
Bab II
TINJAUAN TEORITIS
I.
KEKHASAN TIMAH DAN TIMBAL
1.
Timah
Timah (Sn) adalah sebuah unsur kimia
yang memiliki simbol Sn dan nomor atom 50. Timah dalam bahasa Inggris disebut
sebagai Tin. Kata “Tin” diambil dari
nama Dewa bangsa Etruscan “Tinia”.
Nama latin dari timah adalah “Stannum”
dimana kata ini berhubungan dengan kata “stagnum”
yang dalam bahasa inggris bersinonim dengan kata “dripping” yang artinya menjadi cair / basah, penggunaan kata ini
dihubungkan dengan logam timah yang mudah mencair.
Timah biasa terbentuk oleh 9 isotop yang stabil. Ada 18
isotop lainnya yang diketahui.Timah merupakan logam berwarna putih keperakan,
dengan kekerasan yang rendah, dapat ditempa ("malleable"), mempunyai
sifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi, relatif lunak, tahan karat
dan memiliki titik leleh yang rendah dan memilki struktur kristal yang tinggi.
Jika struktur ini dipatahkan, terdengar suara yang sering disebut (tangisan
timah) ketika sebatang unsur ini dibengkokkan.
1.1 Bentuk timah
Unsur ini memiliki 2 bentuk alotropik pada tekanan normal.
Jika dipanaskan, timah abu-abu (timah alfa) dengan struktur kubus berubah pada
13,2 °C menjadi timah putih (timah beta) yang memiliki struktur tetragonal.
Ketika timah didinginkan sampai suhu 13,2 °C, ia pelan-pelan berubah dari putih
menjadi abu-abu. Perubahan ini disebabkan oleh ketidakmurnian (impurities)
seperti aluminium dan seng, dan dapat dicegah dengan menambahkan antimoni atau
bismut. Timah abu-abu memiliki sedikit kegunaan. Timah dapat dipoles sangat
licin dan digunakan untuk menyelimuti logam lain untuk mencegah korosi dan aksi
kimia. Lapisan tipis timah pada baja digunakan untuk membuat makanan tahan
lama.
Campuran logam timah sangat penting. Solder lunak, perunggu,
logam babbit, logam bel, logam putih, campuran logam bentukan dan perunggu
fosfor adalah beberapa campuran logam yang mengandung timah.
Timah dapat menahan air laut yang telah diestilasi dan air
keran, tetapi mudah terserang oleh asam yang kuat, alkali dan garam asam.
Oksigen dalam suatu solusi dapat mempercepat aksi serangan kimia-kimia
tersebut. Jika dipanaskan dalam udara, timah membentuk Sn2, sedikit
asam, dan membentuk stannate salts dengan oksida. Garam yang paling penting
adalah klorida, yang digunakan sebagai agen reduksi. Garam timah yang
disemprotkan pada gelas digunakan untuk membuat lapisan konduktor listrik.
Aplikasi ini telah dipakai untuk kaca mobil yang tahan beku. Kebanyakan kaca
jendela sekarang ini dibuat dengan mengapungkan gelas cair di dalam timah cair
untuk membentuk permukaan datar (proses Pilkington).
Baru-baru ini, campuran logam
kristal timah-niobium menjadi superkonduktor pada suhu sangat rendah,
menjadikannya sebagai bahan konstruksi magnet superkonduktif yang menjanjikan.
Magnet tersebut, yang terbuat oleh kawat timah-niobium memiliki berat hanya
beberapa kilogram tetapi dengan baterai yang kecil dapat memproduksi medan
magnet hampir sama dengan kekuatan 100 ton elektromagnet yang dijalankan dengan
sumber listrik yang besar.
1.2
Sumber Timah (Sn) di Bumi
Mineral yang terkandung di dalam bijih timah pada umumnya
mineral utama, yaitu cassiterite. Timah tidak ditemukan dalam unsur bebasnya
dibumi akan tetapi diperoleh dari senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh
dari mineral cassiterite atau tinstone. Cassiterite merupakan mineral oksida
dari timah SnO2, dengan kandungan timah berkisar 78%. Contoh lain
sumber biji timah yang lain dan kurang mendapat perhatian daripada cassiterite
adalah kompleks mineral sulfide yaitu stanite (Cu2FeSnS4)
merupakan mineral kompleks antara tembaga-besi-timah-belerang dan cylindrite
(PbSn4FeSb2S14) merupakan mineral kompleks
dari timbale-timah-besi-antimon-belerang dua contoh mineral ini biasanya
ditemukan bergandengan dengan mineral logam yang lain seperti perak.
Timah merupakan unsur ke-49 yang paling banyak terdapat di
kerak bumi dimana timah memiliki kandungan 2 ppm jika dibandingkan dengan seng
75 ppm, tembaga 50 ppm, dan 14 ppm untuk timbal. Cassiterite banyak ditemukan
dalam deposit alluvial/alluvium yaitu tanah atau sediment yang tidak
berkonsolidasi membentuk bongkahan batu dimana dapat dapat mengendap di dasar
laut, sungai, atau danau. Alluvium terdiri dari berbagai macam mineral seperti
pasir, tanah liat, dan batu-batuan kecil. Hampir 80% produksi timah diperoleh
dari alluvial/alluvium atau istilahnya deposit sekunder. Diperkirakan untuk
mendapatkan 1 Kg Cassiterite maka sekitar 7 samapi 8 ton biji timah/alluvial
harus ditambang disebabkan konsentrasi cassiterite sangat rendah.
1.3
Sifat Timah (Sn)
Sifat Umum
Timah (Sn), yaitu :
1. Timah merupakan logam perak
keputih-putihan,
2. Dalam keadaan normal (13 – 160 °C),
logam ini bersifat mengkilap dan mudah dibentuk.
3. Timah juga tidak mudah teroksidasi
dalam udara sehingga tahan karat.
4. Ditemukan dalam banyak alloy, dan
digunakan untuk melapisi logam lainnya untuk mencegah karat.
Sifat Fisik Timah (Sn), yaitu :
1. Keadaan benda : Padat
2. Titik lebur : 505.08 K (449.47 °F)
3. Titik didih : 2875 K (4716 °F)
4. Densitas : 7,365 g/cm3 (Sn putih) 5,769 g/cm3
(Sn abu-abu)
5. Volume molar : 16.29 ×10-6 m3/mol
6. Kalor penguapan : 295.8 kJ/mol
7. Kalor peleburan : 7.029 kJ/mol
8. Kalor jenis : 27,112 J/molK
9. Panas fusi : 7,03 kJ/mol
10. Kecepatan suara : 2500 m/s pada 293.15 K
Sifat
Kimia Timah (Sn)
1. Bobot atom : 118.710 sma
2. Berat jenis : 7,3 g/cm3
3. Jari-jari atom : 145 pm
4. Konfigurasi electron : [Kr]4d10 5s2 5p2
5. Bilangan oksidasi : 4, 2, - 4
6. Nomor atom : 50
7. Nomor massa : 118,71
8. Elektronegatifitas : 1,96 (skala pauli)
9. Jari-jari atom : 140 pm
10. Struktur Kristal : tetragonal (Sn putih) kubik diamond
(Sn abu-abu)
11. Konduktifitas termal : 66,8 W/mK
12. Jika timah dipanaskan dengan adanya
udara maka akan terbentuk SnO2.
13. Timah larut dalam HCl, HNO3,
H2SO4, dan beberapa pelarut organik seperti asam asetat
asam oksalat dan asam sitrat. Timah juga larut dalam basa kuat seperti NaOH dan
KOH.
14. Timah bereaksi dengan klorin secara
langsung membentuk Sn(IV) klorida.
2.
Timbal
Logam timbal
telah dipergunakan oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu (sekitar 6400 SM)
hal ini disebabkan logam timbal terdapat diberbagai belahan bumi, selain itu
timbal mudah di ekstraksi dan mudah dikelola. Unsur ini telah lama diketahui
dan disebutkan di kitab Exodus. Para alkemi mempercayai bahwa timbal merupakan
unsur tertua dan diasosiasikan dengan planet Saturnus. Logam ini memperlihatkan penurunan sifat
kovalensi. Logam Pb stabil sebagai ion Pb2+ dan Pb4+.
Secara umum rerata konsentrasi Pb dikerak bumi adalah 16 µg/g. Umumnya mineral
Pb ini terbentuk dari larutan hidrotermal bersuhu rendah. Pb memiliki beragam
mineralnya namun, hanya tiga jenis saja
yang ditambang yaitu : galena PbS, cerrusite PbCO3, dan alesite PbSO4.
Dalam mineral bebatuan, Pb diperkaya dalam bentuk feldspar. kandungan Pb di
tanah mirip dengan kelimpahannya dikerak bumi karena kestabilan Pb dalam siklus
geokimianya. Di tanah, ion-ion Pb diikat pada tanah liat atau terikat pada asam
humat dan fulvat, membentuk chelate yang berkekuatan moderat (Allen et al,1998
: Csuros Csuros, 2002 : Manahan, 2001).
Pb
dikenal sebagai salah satu logam tipe B besama merkuri (Hg), Arsen (As),
selenium (Se), timah putih (Sn) yaitu logam yang mudah termetilasi atau lepas
ke atmosfer sebagai uap dari hasil pembakaran batubara oleh sebab itu Pb juga
disebut sebagai logam atmofilik. Timah hitam dalam bahasa Inggris disebut
sebagai “Lead” dengan simbol kimia “Pb”. Simbol ini berasal dari nama latin
timbal yaitu “Plumbum” yang artinya logam lunak.
Logam timbal Pb adalah jenis logam lunak berwarna coklat kehitaman dan mudah
dimurnikan. Logam Pb lebih tersebar luas dibanding kebanyakan logam toksik
lainnya dan secara alamiah terdapat pada batu-batuan serta lapisan kerak bumi. Timbal
memiliki warna putih kebiruan yang terlihat ketika logam Pb dipotong akan
tetapi warna ini akan segera berubah menjadi putih kotor atau abu-abu gelap
ketika logam Pb yang baru dipotong tersebut terekspos oleh udara.
Timbal
memiliki empat isotop yang stabil yaitu 204Pb, 206Pb, 207Pb,
dan 208Pb. Standar massa atom Pb rata-rata adalah 207,2.
Sekitar 38 isotop Pb telah ditemukan
termasuk isotop sintesis yang bersifat tidak stabil. Isotop timbal dengan waktu
paruh yang terpanjang dimiliki oleh 205Pb yang waktu paruhnya adalah
15,3 juta tahun dan 202Pb yang memiliki waktu paruh 53.000 tahun.
Timbel sebagai logam berat
memerupakan unsur yang terbanyak di alam. Istilah logam berat digunakan karena
timbel mempunyai densitas (rapatan) yang sangat tinggi (11,34 g/cm3)
jauh melebihi densitas tertinggi logam transisi pertama yaitu (8,92 cm-3
untuk tembaga).
Timbal
memiliki nomor atom 82 dan nomor massa 207,2. Dengan nomor atom 82 maka timbal
memiliki konfigurasi elektron [Xe] 4f14 5d10 6s2 6p2
dengan jumlah elektron tiap selnya adalah 2, 8, 18, 32, 18, 4. Timbal memiliki
titik leleh 232 0C, titik didih 1620 0C, memiliki
densitas sebesar 11,34 g/cm-3. Jari-jari atom timbal 175 pm,
memiliki besar energi ionisasi 0,7155, 1,4505, dan 4,083 kj/mol-1. Timbal berada pada golongan IVA (14) bersama
dengan C, Si, Ge, dan Sn, periode 6 dan berada pada blok s.
2.1 Sifat-Sifat Logam Timbal (Pb)
Timbal atau
Timah Hitam (Pb) adalah unsur yang bersifat logam, hal ini merupakan anomali
karena unsur-unsur diatasnya (Gol IV) yakni Karbon dan Silikon bersifat
non-logam. Di alam, timbal ditemukan dalam mineral Galena (PbS), Anglesit (PbSO4
) dan Kerusit (PbCO3,), juga dalam keadaan bebas. Memiliki sifat
khusus seperti dibawah ini, yakni:
1.
Berwarna putih kebiru-biruan dan
mengkilap.
2. Merupakan
logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan pisau atau tangan
dan dapat dibentuk dengan mudah.
3. Tahan asam,
karat dan bereaksi dengan basa kuat.
4. Daya hantar
listrik kurang baik. (Konduktor yang buruk)
5. Massa atom
relative 207,2
6. Memiliki
Valensi 2 dan 4.
7. Tahan
Radiasi.
8.
Mempunyai kerapatan
yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam biasa, kecuali emas mercuri.
Selain sifat khusus di atas, timbal
memiliki sifat kimia dan fisika seperti berikut:
Sifat Fisika
Fasa pada suhu kamar :
padatan
Densitas : 11,34 g/cm-3
Titik leleh :
327,5 0C
Titik didih :
1749 0C
Panas Fusi :
4,77 kJ/mol
Panas Penguapan : 179,5 kJ/mol
Kalor jenis :
26,650 J/molK
Sifat Kimia
Bilangan oksidasi :
4,2,-4
Elektronegativitas :
2,33 (skala pauli)
Energi ionisasi 1 :
715,6 kJ/mol
Energi ionisasi 2 :
1450,5 kJ/mol
Energi ionisasi 3 :
3081,5 kJ/mol
Jari-jari atom :
175 pm
Radius ikatan kovalen :
146 pm
Jari-jari Van Der Waals :
202 pm
Struktur Kristal :
kubik berpusat muka
Sifat kemagnetan :
diamagnetik
Resistifitas termal :
208 nohm.m
Konduktifitas termal :
35,3 W/mK
Timbal larut dalam beberapa asam
Bereaksi secara cepat dengan halogen
Bereaksi
lambat dengan alkali dingin tetapi bereaksi cepat dengan alkali panas
menghasilkan plumbit.
Timbal sering kali memiliki sifat
tampak seperti gas mulia yaitu tidak reaktif, ditunjukkan oleh harga
potensial standarnya sebesar – 0,13 V. Kereaktifan yang rendah ini dikaitkan
dengan overvoltage yang tinggi terhadap hidrogen, dan juga dalam beberapa hal
tidak terlarutkan oleh H2SO4 pekat dan HCl pekat.
Sifat Timbal
yang lain
Berbagai
macam timbal oksida mudah direduksi menjadi logamnya. Hal ini bisa dilakukan
dengan menggunakan reduktor glukosa, atau mencampur antara PbO dengan PbS
kemudian dipanaskan.
2PbO + PbS
3 Pb + SO2
Bila
dipanaskan dengan nitrat dari logam alkali maka logam timbal akan membentuk PbO
yang umumnya disebut sebagai litharge. PbO adalah contoh dari timbal dengan
biloks 2. PbO larut dalam asam nitrat dan asam asetat. PbO juga larut dalam
larutan basa membentuk garam plumbit.
PbO2
adalah contoh dari timbal dengan biloks 4 dan merupakan agen pengoksidasi yang
kuat. Karena PbO larut dalam asam dan basa maka PbO bersifat amfoter. Senyawa
timbal dengan dua macam biloks juga ada yaitu Pb3O4 yang
dikenal dengan nama minium.
Tetraethylend
– TEL, (C2H5)4Pb, adalah suatu senyawa
organologam yang mempunyai titik didih rendah, dan telah lama dipakai sebagai
bahan anti letupan karena sifatnya yang dapat menaikkan angka oktan bahan bakar
minyak (bensin) hingga mencapai 80. Namun, disisi lain ternyata TEL memberikan
dampak polusi terhadap lingkungan hidup yaitu mencemari udara. Senyawa Pb yang
dihasilkan dari pembakaran pada mesin kendaraan bermotor sangat berbahaya, dan
jika masuk kedalam tubuh manusia dapat menimbulkan gangguan pada system syaraf
dan sistem peredaran darah.
II.
Cara
Mendapatkan Timah dan Timbal dari Senyawanya
1.
Timah
Timah
tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi akan tetapi diperoleh dari
senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral cassiterite atau
tinstone. Cassiterite merupakan mineral oksida dari timah SnO2, dengan
kandungan timah berkisar 78%. Contoh lain sumber biji timah yang lain dan
kurang mendapat perhatian daripada cassiterite adalah kompleks mineral sulfide
yaitu stanite (Cu2FeSnS4) merupakan mineral kompleks
antara
tembaga-besi-timah-belerang dan cylindrite
(PbSn4FeSb2S14) merupakan mineral kompleks
dari timbale-timah-besi-antimon-belerang dua contoh mineral ini biasanya
ditemukan bergandengan dengan mineral logam yang lain seperti perak. Timah
merupakan unsur ke-49 yang paling banyak terdapat di kerak bumi dimana timah
memiliki kandungan 2 ppm jika dibandingkan dengan seng 75 ppm, tembaga 50 ppm,
dan 14 ppm untuk timbal. Cassiterite banyak ditemukan dalam deposit
alluvial/alluvium yaitu tanah atau sediment yang tidak berkonsolidasi membentuk
bongkahan batu dimana dapat dapat mengendap di dasar laut, sungai, atau danau.
Alluvium terdiri dari berbagai macam mineral seperti pasir, tanah liat, dan
batu-batuan kecil. Hampir 80% produksi timah diperoleh dari alluvial/alluvium
atau istilahnya deposit sekunder. Diperkirakan untuk mendapatkan 1 kg Cassiterite
maka sekitar 7 samapi 8 ton biji timah/alluvial harus ditambang disebabkan
konsentrasi cassiterite sangat rendah.
Dibumi timah tersebar tidak merata akan
tetapi terdapat dalam satu daerah geografi dimana sumber penting terdapat di
Asia tenggara termasuk china, Myanmar, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Hasil
yang tidak sebegitu banyak diperoleh dari Peru, Afrika Selatan, UK, dan
Zimbabwe.
Cassiterite
Cassiterite adalah mineral timah oksida dengan rumus
SnO2. Berbentuk kristal dengan banyak permukaan mengkilap sehingga tampak
seperti batu perhiasan. Kristal tipis Cassiterite tampak translusen.
Cassiterite adalah sumber mineral untuk menghasilkan logam timah yang utama dan
biasanya terdapat dialam di alluvial atau aluvium.
1.1 Stannite
Stannite adalah mineral sulfida dari tembaga, besi
dan timah. Rumus kimianya adalah Cu2FeSnS4 dan merupakan
salah satu mineral yang dipakai untuk memproduksi timah. Stannite mengandung
sekitar 28% timah, 13% besi, 30% tembaga, dan 30% belerang. Stannite berwarna
biru hingga abu-abu.
1.2 Cylindrite
Cylindrite merupakan mineral sulfonat yang
mengandung timah, timbal, antimon, dan besi. Rumus mineral ini adalah Pb2Sn4FeSb2S14.
Cylindrite membentuk kristal pinakoidal triklinik dimana biasanya berbentuk
silinder atau tube dimana bentuk nyatanya adalah gulungan dari lembaran kristal
ini. Warna cylindrite adalah abu-abu metalik dengan spesifik gravity 5,4.
Pertama kali ditemukan di Bolivia pada tahun 1893.
2.
Timbel
Timbal tidak ditemukan bebas dialam akan tetapi
biasanya ditemukan sebagai biji mineral bersama dengan logam lain misalnya
seng, perak, dan tembaga. Sumber mineral timbal yang utama adalah “Galena
(PbS)”
yang
mengandung 86,6% Pb dengan proses pemanggangan, “Cerussite (PbCO3)”,
dan “Anglesite” (PbSO4). Kandungan timbal dikerak bumi adalah 14
ppm, sedangkan dilautan adalah:
- Permukaan samudra atlantik : 0,00003 ppm
- Bagian dalam samudra atlantik : 0,000004 ppm
- Permukaan samudra pasifik : 0,00001 ppm
- Bagian dalam samudra pasifik : 0,000001 ppm
2.1 Galena
Galena adalah mineral timbal yang
amat penting dan paling banyak tersebar di penjuru belahan bumi dan umumnya
berasosiasi dengan mineral lain seperti sphalerite, calcite, dan flourite.
Deposit galena biasanya mengandung sejumlah tertentu perak dan juga terdapat
seng, kadmium, antimoni, arsen, dan bismuth, sehingga umumnya produksi timbal
dari galena menghasilkan juga logam-logam tersebut. Warna galena adalah abu-abu
mengkilap dan formulanya adalah PbS. Struktur kristalnya kubik dan oktahedral
dan spesifik graviti 7,2 – 7,6.
2.2 Cerrusite
Cerrusite merupakan salah satu
mineral timbal yang mengandung timbal karbonat dan menjadi sumber timbal yang
utama setelah galena. Mineral ini juga terdapat dalam bentuk granular yang
padat atau benbentuk fibrous. Warnanya umumnya tidak berwarna, hingga putih,
abu-abu, biru, atau hijau dengan penampakan dari transparan hingga translusen.
Mineral ini bersifat tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam asam encer
seperti asam nitrat. Dan spesifik gravitinya 6,53-6,57.
2.3 Anglesite
Anglesite merupakan mineral timbal
yang mengandung timbal sulfat PbSO4. Mineral ini terjadi sebagai
hasil oksidasi mineral gelena akibat pengaruh cuaca. Warna mineral ini dari
putih, abu-abu, hingga kuning, jika tidak murni maka warnanya abu-abu gelap.
Mineral ini memiliki spesifik graviti 6,3 dengan kandungan timbal sekitar 73%.
III.
Cara Memproduksi Timah
Timah di alam terutama terdapat sebagai
mineral kaserit atau batu timah, SnO2, dan mineral inilah yang
merupakan sumber utama logam timah. Prinsip pengolahannya menjadi logam adalah
dengan mereduksi bijih oksida tersebut. Pada zaman kuno, reduksi biji SnO2
dilakukan dengan menggunakan batubara panas (glowing coal), menurut persaman berikut:
SnO2
(s) + 2C (s) → Sn (l) + CO2 (g)
Pada tahap awal, bijih timah
dipekatkan dalam suatu wadah dengan proses flotasi-buih. Dalam proses ini,
serbuk bijih timah dibuat suspensi dalam air, kemudian ke dalam suspensi ini
disemprotkan udara melalui saluran yang berlubang-lubang dan berputar agar
terjadi gelembung-gelembung udara yang naik ke permukaan. Penambahan zat aditif
tertentu, seperti minyak pinus dan natrium etil xantat ke dalam suspensi akan
mengakibatkan terbentuknya buih atau busa yang menyelimuti bijih timah,
sehingga terbawa keatas bersama dengan gelembung-gelembung udara. Bijih-bijih
timah yang mengapung kemudian dikumpulkan dengan cara penumpahan keluar,
sedangkan bijih pengotor yang tidak dipengaruhi oleh zat aditif tersebut akan
jatuh kebagian dasar wadah. Bijih timah yang sudah pekat kemudian dipanggang.
Oleh karena bijih timah sudah dalam bentuk oksidanya, maka proses pemanggangan
ini bertujuan untuk mengoksidasi logam pengotor dan menghilangkan belerang dan
arsen sebagai oksidanya yang mudah menguap. Proses selanjutnya adalah mereduksi
oksida timah dengan karbon. Tehnik modern untuk proses ini menggunakan tanur
bergaung (reverberatory) pada temperatur 1200 – 1300 °C. Kesulitan utama dengan
tehnik ini adalah adanya unsur besi sebagai pengotor bijih yang mengakibatkan
hasil yang diperoleh bercampur dengan logam besi dan menjadi lebih keras. Hal
ini terjadi karena besi oksida sebagai pengotor memiliki sifat oksidator yang
mirip dengan SnO2. Oleh karena itu, sangat vital proses reduksi
bijih kasiterit dilaksanakan dengan kondisi tekanan oksigen yang cukup tinggi
untuk mencegah terjadinya reduksi oksida logam pengotor menjadi logam besi.
Untuk itu, lelehan timah yang belum murni dari hasil reduksi dengan karbon
dipisahkan dari logam-logam lain yang tidak meleleh. Selanjutnya lelehan timah
ini diaduk dengan kuat, kemudian dialiri dengan udara (oksigen atmosfer) atau
uap air panas agar bahan pengotor yang ada teroksidasi kembali. Oksida-oksida
pengotor ini pada pengadukan akan biasanya akan membentuk film yang mengambang
di atas permukaan larutan, sehingga dapat dipisahkan dari logam timahnya.
IV.
Cara Memproduksi Timbel
Di alam timbel
terutama terdapat sebagai galena, PbS, namun beberapa bijih lain yang mungkin
terbentuk sebagai akibat pengaruh iklim atau cuaca pada galena adalah sebagai
karbonat, cerrusite (kerusit), PbCO3, dan sebagai sulfat anglesite
(anglesit), PbSO4. Dalam proses interaksinya, mula-mula bijih galena
dipekatkan dengan tehnik flotasi-buih, selanjutnya ditambahkan sejumlah kwarsa,
SiO2, kemudian diikuti dengan pemanggangan terhadap campuran ini.
Persamaan reaksi utama pada proses ini adalah:
2 PbS (s) + 3 O2
(g) →
2PbO (s) + 2 SO2 (g)
Kemudian proses reduksi dilaksanakan dengan batubara
coke (C) dan air-kapur dengan
persamaan reaksi utamanya adalah:
PbO (s) + C (s) → Pb (l) + CO (g)
PbO (s) + CO (g) → Pb
(l) + CO2 (g)
Maksud
penambahan SiO2 sebelum pemanggangan dan penambahan air-kapur pada
proses reduksi adalah agar PbSO4 yang mungkin terjadi dalam proses
pemanggangan galen apada temperatur tinggi diubah menjadi PbSiO3
oleh karena hadirnya kwarsa menurut persamaan reaksi :
PbSO4 (s) +
SiO2 (s) → PbSiO3 (s) + SO3 (g)
Silikat ini
pada proses reduksi akan diubah oleh air kapur, CaO, menjadi PbO yang selanjutnya
tereduksi oleh batubara menjadi logam timbel, Pb, dan kapur diubah menjadi
kalsium silikat sebagai kerak atau ampas menurut persamaan reaksi:
PbSiO3 (s) +
CaO (s) → PbO (s) + CaSiO3 (s)
Alternatif lain pada proses reduksi adalah pemakaian
bijih galena segar sebagai reduktor pengganti batubara (coke):
PbS (s) + 2 PbO (s) → Pb
(l) + SO2 (g)
Sampai dengan
tahap ini, logam timbel yang dihasilkan masih belum murni, dan mengandung
banyak unsur pengotor seperti tembaga, perak, zink, arsen, antimon, dan bismut.
Oleh karena itu masih perlu proses pemurnian lebih lanjut yang meliputi
beberapa tahap seperti diuraikan berikut ini.
Pertama-tama,
logam timbal yang dihasilkan dilelehkan selama beberapa waktu pada temperatur
dibawah titik leleh tembaga sehingga tembaga pengotor akan mengkristal dan
dapat dipisahkan. Tahap berikutnya, udara ditiupkan diatas permukaan lelehan
timbel sehingga pengotor seperti arsen dan antimon akan diubah menjadi arsenat
dan antimon atau oksidanya, termasuk bismut sebagai buih di atas permukaan
dapat dipisahkan dengan disendoki keluar. Selanjutnya, untuk memisahkan
pengotor seperti emas atau perak ditambahkan kira-kira 1-2% zink agar pengotor
itu larut dalam lelehan zink. Campuran ini kemudian didinginkan secara perlahan
dari sekitar 480 °C menjadi 420 °C, sehingga logam emas atau perak akan terbawa
ke dalam zink yang akan mengkristal lebih dulu untuk dipisahkan dari lelehan
timbel. Kelebihan zink, jika ada, dapat dipisahkan dengan tehnik penyulingan
hampa atau pada tekanan sangat rendah.
Pemurnian
tahap akhir biasanya dilakukan dengan tehnik elektrolisis menurut metode Betts.
Proses ini memakai elektrolit larutan timbel heksa fluorosilikiat, PbSiF6 dan
asam heksa fluorisilikat, H2SiF6. Lembaran-lembaran tebal
timbel dipasang sebagai katode dan plat-plat timbel yang belum murni dipasang
sebagai anode. Anode timbel akan mengalami oksidasi menjadi larutan Pb2+
yang kemudian akan tereduksi menjadi logam Pb dan melekat pada katode. Dengan
proses ini akan diperoleh timbel dengan kemurnian yang sangat tinggi, (~99,9%).
V.
Oksida,
Hidroksida, dan Garam Timah
Timah mempunyai konfigurasi electron terluar
5s2 5p2, dan oleh karena itu dapat membentuk senyawa
dengan tingkat oksidasi +2 dan +4. Pelepasan dua electron membentuk timah (II)
atau stano tentu akan lebih mudah daripada pelepasan empat electron dengan
membentuk timah (IV) atau stani. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa timah
(II) umumnya lebih bersifat ionic sedangkan timah (IV) lebih bersifat kovalen.
Sifat kovalen timah (IV), sama seperti atom karbon yang segolongan dengannya,
menyarankan bahwa timah (IV) juga membentuk hibridisasi sp3
tetrahedron. Timah (IV) relatif stabil, berbeda dengan timbel (IV), danoleh
karena itu timah (II) bersifat sebagai reduktor.
1. Timah (II)
Stano
oksida, SnO,berupa serbuk hitam atau hijau bergantung pada cara pembuatannya.
Oksida ini dapat dibuat dengan mereaksikan larutan panas senyawa timah(II)
dengan larutan karbonatatau dengan memanaskan timah(II) oksalat tanpa udara.
Sn+2
(aq) + CO3-2 (aq)
SnO
(s) + CO2 (g)
Sn(COO)2
(s)
SnO
(s) + CO2 (g) + CO (g)
Timah(II)
oksida bereaksi dengan asam membentuk ion Sn2+, dan dengan basa kuat
membentuk ion stanit, [Sn(OH)4]-2.
Jadi, SnO menunjukkan sifat amfoterik.
SnO
(s) + 2 H3O+ (aq) ®
Sn+2 (aq) + 3 H2O (l)
SnO
(s) + 2 OH- (aq) + H2O
(l) ® [Sn(OH)4]-2
(aq)
Salah
satu garam timah (II) yang perlu diketahui adalah garam kloridanya yaitu SnCl2.
Garam ini yang dapat diperoleh sebagai dihidratnya, SnCl2.2H2O,
dibuat dengan menguapkan larutan yang diperoleh dari reaksi antara oksidanya
dengan asam hidroklorida menurut persamaan reaksi :
SnO
(s) + 2 HCl (aq) + H2O (l)
SnCl2.2H2O
(s)
SnCl2
dalam air mudah terhidrolisis membentuk endapan putih gelatin timah(II)
hidroksiklorida, Sn(OH)Cl, seperti ditunjukkan oleh persamaan reaksi berikut :
SnCl2
(aq) + 2H2O(l)
Sn(OH)Cl(s) + H3O+
(aq) + Cl-
Karena
stano mudah teroksidasi oleh udara menjadi stani, maka seyogyanya pembuatan
larutan SnCl2 harus selalu dalam keadaan segar.
Timah(II)
klorida, seperti diduga menurut teori Valence
Shell Electron Pair Repulsion, VSEPR, mempunyai bentuk molekul huruf V
dengan sudut Cl-Sn-Cl ~95°.
Bentuk molekul dan besarnya sudut ini berkaitan dengan adanya sepasang electron
menyendiri (lone pair electron). Pada umumnya, adanya pasangan electron
menyendiri dalam suatu molekul akan memberikan sifat basa lewis molekul
tersebut. Namun kenyataannya, timah(II) klorida bersifat asam lewis. Jadi,
pasangan electron menyendiri Nampak tidak reaktif, dan dengan demikian
merupakan pasangan electron yang inert.
2.
Timah(IV)
Timah
yang dibakar dalam udara akan mengalami oksidasi berkelanjutan membentuk stani
oksida yang berwarna kuning ketika panas dan menjadi putih setelah dingin. Hal
ini menunjukkan bahwa timah, maupun timah(II) mudah teroksidasi. Oleh karena
itu, reaksi timah dengan asam nitrat pekat (oksidator kuat) juga menghasilkan
stani oksida dan gas NO2.
Sn
(s) + O2 (g)
SnO2
(s)
Sn
(s) + 4 HNO3 (l)
SnO2
(s) + 4 NO2 (g) + 2H2O (l)
Seperti
halnya stano oksida, stani oksida juga bereaksi dengan asam, dan basa membentuk
ion stanat [Sn(OH)6]-2,
menurut persamaan reaksi :
SnO
(s) + 4 H3O+ (aq) ®
Sn+4 (aq) + 6 H2O (l)
SnO
(s) + 2 OH- (aq) + 2H2O
(l) ® [Sn(OH)6]-2
(aq)
Timah(IV)
klorida berupa cairan tak berwarna, dan dapat diperoleh dari reaksi langsung
logam timah dengan gas klorida berlebih menurut persamaan reaksi :
Sn
(s) + 2 Cl2 (g) ®
SnCl4 (l)
Kenyataan
bahwa stani klorida bukan penghantar listrik dan larut dalam pelarut organic nonpolar
seperti CCl4 menyarankan bahwa garam ini tersusun oleh ikatan
kovalen dengan bangun tetrahedron. Stani kloroda dapat larut dalam air, tetapa
mengalami hidrolisis membentuk oksidanya atau yang terhidrat, dan dalam asam
hidroklorida pekat terbentuk asam heksaklorostanat, menurut persamaan reaksi
berikut :
SnCl4
(l) + 2 H2O (l) ® SnO2 (s) + 4 HCl (aq)
SnCl4
(l) + 2 HCl (pekat) ® H2[SnCl6]
VI. Oksida, Hidroksida, dan
Garam Timbal
Sifat-sifat
timbal sangat mirip denga timah, namun satu hal yang berbeda adalah bahwa peran
pasangan electron inert (6s2) dalam senyawa timbel(II) relative
lebih besar dalam menstabilkan senyawa-senyawanya dibandingkan dengan peran
tersebut dalam senyawa timah(II). Oleh karena itu, timbal(II) relative lebih
stabil dan lebih banyak ditemui daripada timbel(IV). Dengan demikian, timbal(II)
bukan reduktor yang baik tidak seperti halnya timah(II), melainkan timbal(IV)
merupakan oksidator yang lebih baik disbanding timah(IV).
Ada
tiga macam oksida timbal yang penting yaitu PbO yang berwarna kuning, PbO2
yang berwarna coklat, dan Pb3O4 yang berwarna merah meni.
Timbel(II) oksida yang mempunyai struktur sama dengan timah(II) oksida, dapat
diperoleh dari pemansan timbal dengan udara :
2
Pb (s) + O2 (g)
2
PbO (s)
Jadi,
berbeda dengan pemasan timah dengan udara yang menghasilkan timah(IV) oksida,
pemasan timbal dengan udara di atas 500°C akan menghasilkan Pb3O4.
Timbal(IV)
oksida dapat diperoleh dari oksidasi timbal(III) dalam larutan basa. Dengan
oksidator larutan natrium hipklorit, NaClO, timbal(III) dapat diubah menjadi
timbal(IV) oksida menurut persamaan reaksi berikut :
ClO-
(aq) + H2O (l) + 2 e-
® Cl- (aq) + 2 OH-
(aq)
Pb2+
(aq) + 4 OH- (aq) ®
PbO2 (s) + 2 H2O (l) + 2 e-
Pb2+
(aq) + 2 OH- (aq) + ClO- (aq) ® PbO2 (s) + Cl- (aq) + 2 H2O (l)
Timbal(IV)
oksida merupakan oksidator yang baik dan dapat mengoksidasi asam klorida menjadi
gas klorin :
PbSO4
(s) + 4 HCl (aq) ®
PbCl2 (s) + Cl2 (g) + 2 H2O (l)
Pb3O4
dapat diperoleh dari oksidasi PbO dalam udara terbuka dengan pemanasan pada
temperatur sekitar 400-500 °C, menurut persamaan reaksi :
6
PbO (s) + O2 (g)
2
Pb3O4 (s)
Apabila larutan basa alkali ditambahkan
ke dalam larutan timbal (II), diperoleh endapan putih Pb(OH)2. Basa
inipun bersifat amfoter, oleh karena itu larut kembali dalam basa alkali
berlebihan dengan membentuk ion plumbit dan dapat juga bereaksi dengan asam menghasilkan
kembali garam timbal (II). Yang aktif tetapi
tidak demikian halnya dengan ion plumbit yang bukan merupakan reduktor yang
baik.
Timbal(II)
klorida, PbCl2, berupa padatan putih yang sukar larut dalam air,
tapi larut dalam air panas. Garam ini dapat diperoleh dari interaksi langsung
unsur-unsurnya, berbeda dari logam timah yang menghasilkan timah(IV) klorida.
Timbal(II) klorida dapat juga diperoleh dari reaksi antara timbal (II) oksida
dengan asam klorida atau dari reaksi pengendapan ion Pb2+ dan ion Cl-.
Ternyata endapan timbal (II) klorida larut dalam larutan klorida konsentrasi
tinggi dengan menbentuk ion kompleks tetrakloroplumbat(II) :
PbCl2 (s)
+ 2Cl- (aq) ↔ [PbCl4]2- (aq)
Kristal
timbal(II) nitrat, tak berwarna dan mudah larut dalam air, dapat diperoleh dari
reaksi timbal (II) oksida dengan asam nitrat. Garam ini ternyata mudah
terhidrolisis dalam air membentuk endapan putih hidroksinitrat, kecuali jika
larutan dibuat sedikit asam dengan asam nitrat.
Pb
(NO3)2 (aq) + 2 H2O (l)
↔ Pb(OH)(NO3) (s) + NO3- (aq)
+ H3O+ (aq)
Persamaan reaksi keseimbangan
diatas mudah dipahami bahwa dengan penambahan sedikit asam nitrat kedalam
larutan akan mencegah terjadinya hidrolisis.
Padatan
timbal(II) nitrat juga tidak stabil dari pada temperatur agak tinggi, seperti
halnya dengan senyawa nitrat dari logam-logam berat lainnya, akan terurai
menjadi oksidanya dengan membebaskan gas coklat, NO2, menurut
persamaan reaksi:
2 Pb(NO3)2 (s) ∆
2 PbO (s) + 4 NO2
(g) + O2 (g)
Larutan
timbal(II) yang paling stabil dalam air adalah larutan timbal asetat, Pb(CH3COO)2.
Oleh karena itu, larutan ini sering disediakan untuk menguji timbal(II).
Ternyata
cukup banyak ion-ion yang dapat digunakan untuk menguji karakteristik
timbal(II). Sifat khas adanya timbel(II) dalam larutan tidak hanya diendapkan
oleh ion klorida tetapi juga pembentukan endapan putih oleh ion sulfat, SO42-.
Demikian juga Pb2+ membentuk endapan kuning dengan ion kromat, CrO42-.
Seperti halnya timah(II), timbel(II) juga diendapkan oleh ion sulfida dengan
warna hitam menurut persamaan reaksi umum :
M2+ (aq) + S2- (aq) MS
hitam
Bab III
PENUTUP
Kesimpulan
Timah merupakan logam berwarna putih
keperakan, dengan kekerasan yang rendah, dapat ditempa ("malleable"),
mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi, relatif lunak,
tahan karat dan memiliki titik leleh yang rendah dan memilki struktur kristal
yang tinggi.
Logam
timbal Pb adalah jenis logam lunak berwarna coklat kehitaman dan mudah
dimurnikan. Timbal memiliki warna putih kebiruan yang terlihat
ketika logam Pb dipotong akan tetapi warna ini akan segera berubah menjadi
putih kotor atau abu-abu gelap ketika logam Pb yang baru dipotong tersebut
terekspos oleh udara.
Timah
tidak ditemukan dalam unsur bebasnya dibumi akan tetapi diperoleh dari
senyawaannya. Timah pada saat ini diperoleh dari mineral cassiterite atau
tinstone.
Timbal tidak ditemukan bebas dialam akan tetapi biasanya ditemukan sebagai
biji mineral bersama dengan logam lain misalnya seng, perak, dan tembaga.
Sumber mineral timbal yang utama adalah “Galena (PbS)” yang mengandung 86,6% Pb
dengan proses pemanggangan, “Cerussite (PbCO3)”, dan “Anglesite” (PbSO4).
Daftar Pustaka
Anonim.
http://ml.scribd.com/doc/77205343/Makalah-timbal-Pb
Anoname. 2010. Kecenderungan
Keadaan Oksidasi Golongan.
Cotton
dan Wilkinson. 2007. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI_Press
Jurnal. Satya, Awalina. (2011) . Biokumulasi Ion Logam Timbal (Pb) dan
Cadmium (Cd)
Dalam Fitoplankton Pada
Perairan Situ Di Sekitar Kabupaten Bogor.
Jurnal. (2011). sifat fisik logam timbal.
Jurnal. Satya, Awalina. (2011) . Biokumulasi Ion Logam Timbal (Pb) dan
Cadmium (Cd)
Dalam Fitoplankton Pada
Perairan Situ Di Sekitar Kabupaten Bogor.
Jurnal. (2011). sifat fisik logam timbal.
Saiti,
taro. 1996. Kimia Anorganik. Tokyo : Iwanami Shoten
Sugiyarto,
Kristian H. 2010. Kimia Anorganik Logam. Medan : FMIPA_Unimed